Sabtu, 25 Oktober 2014

Sepenggal Cerita 3

Hari ini Tuhan hadirkan lagi lelaki impian untuk pasangan hidup di masa yang akan datang..
Lelaki itu bernama Rapri Pardomu, biasa dipanggil Ardo. Lelaki ini suku Batak, dan kita sebagai adik tingkat biasa memanggilnya Bang Ardo. Lelaki berbadan kurus dengan postur tinggi, lesung pipit yang menghiasi pipi kiri dan kanannya, rambut jabrik yang selalu terlihat basah karna gel rambut, hidung mancung yang menyangga kacamata berbingkai hitam yang menambah paras tampan, dan lagi kulit sawo matangnya.. Tuhan pasti sedang tersenyum ketika menggmbarkan bang Ardo di buku kehidupan.
Ak melihatnya pertama kali ketika kami para maba berkumpul di pmk universitas kami. Saat itu Bang Ardo yang menyambut kedatangan kami di depan pintu kelas. Dengan senyum manis dan lesung pipit itu, membuat semua orang ingin menatapnya 2 kali. Bang Ardo membuka ibadah hari itu dengan perkenalan singkat dan sambutan selamat datang. Ak hanya sekedar mengagumi betapa manisnya abang ini. Tidk kusangka Tuhan pertemukan kami lagi, di setiap ibadah bersama di hari jumat siang. juga di acara camp, yang ahkirnya benar* mmbuatku terpanah akan senyumam mautnya *-*
Bang Ardo  setiap saat tersenyum, dan memukau semua orang yang meliht dia.
Sepulang dari camp itu, aku mendengarkn cerita dari temanku. ada gadis yang naksir Bang Ardo, dan temanku nguping pembicaraan senior dengan gadis itu. kata senior itu, Bang Ardo lebih suka dengan mahasiswa yang memiliki IPK diatas rata*. Kenapa ? Karna Bng Ardo sendiri tahun ini menjadi mahasiswa lulusan terbaik dengn IPK tertinggi satu kampus. -o-
"Satu lagi manusia jenius karya Tuhan, yang bisa membuatku kagum dan akhirnya jatuh cinta. Setelah Genta dan Ruben" gumamku dalam hati sambil memandangi Bang Ardo dari kejauhan. Kalo begini ada tambahan energi buat lebih rajin dan tekun, biar IPk tinggi dan deket sama Bang Ardo.. Hahaha :D

Rabu, 15 Oktober 2014

Sepenggal Cerita 2

Aku jatuh cinta lagi..
sepertinya begitu.
kali ini bukan cinta biasa, entah kenapa aku sering menangisi dia. memiliki dia saja tidak. aku hanya mengenal dia sangat baik. ak bisa melihat senyumnya dari dekat, aku bisa mengaguminya tanpa harus bersembunyi di balik tembok. ak berani berdiri dihadapannya, aku berani menatap mata indahnya. Aku bisa duduk berdampingan dengannya, hanya untuk sebagai teman sayangnya. aku akan diam, disaat hatiku mulai bergejolak. Aku tak ingin dia tau, bahwa aku menyayangi dia lebih dari ini.
"kak? bu ayu itu kok suka makan kacang sih ? "
"gak tau tuh nta, kemarin nitip si niLuh."
"hahahaha, iyaa kacang disko" sahut daniel sembari menggoyang"kan kepala ala disko.
"hahaha, masa' ya kak waktu brifing itu bu ayu bawa tisu isinya kacang.. bener2 deh.! " sahut Genta dgn tawanya yang lantang..
"duh gini ni dosa murid ngomongin jeleknya guru ,  haha" daniel tak ingin kalah tertawa dgn Genta.
"wahaha iyaa nih bang, gara2 kacang disko sih! wkwkwk" sahut Genta sambil memegangi perutnya..
"udah ah, capek ketawa terus.. beli minum bentar.." aku mengambil uang di dalam dompetku lalu mengajak Daniel pergi ke toko meningglkn Genta sendiri di tengh lapangan.
"masih suka ?" tanya daniel mmbuka oecakapan.
"mau move on susah " jawabku sambil membuka tutup botol, ak meneguknya sejenak. lalu memadang Genta dari balik kaca besar dihadapnku. "dan, ak takut berharap terlalu besar ke Genta."
"keep calm, god have the best way for you and your future husband" kata daniel sambil menepuk2 pundakku. lalu kami berjalan kembali menemui Genta.. aku duduk disebelahnya.. yang kurasakan kini, degup jantung perlahan berpacu semakin cepat, tak hentinya aku mencuri pandang ke arahnya.. pundak itu !! ingin sekali kusadarkan kepalaku kesana.. omoo!!! aku terlalu ingin bersama Gentaa:(
-- ak berpamitan pulng meninglkan Genta sendiri di tngh lapangan. andaikan dia tau betapa inginnya aku mnghabiskan waktu ku denganya :'

Selasa, 14 Oktober 2014

Sepenggal Cerita

Aku mulai jatuh cinta dengan seseorang..
karna satu alasan, dia pandai main gitar dan kita seiman..
satu minggu, dua minggu, di minggu ke3 ak menerima kenyataan pahit. dia jatuh cinta dengan teman kelasku, Amara. dia gadis  jakarta yang kuliah di mlg.. jagn ditanya dia sangt modis, mengenakan rok diatas lutut, rmbutnya selalu tergerai indah, gigi yang terlihat rapi di beri kawat gigi biru, kulit kuning lansat, dan dia kurus -,-
sangat- sangat berbeda denganku bukan ?
rasanya kalo sudah dibandingkan dengan fisik, ak kalah telak deh..
benar" berbanding terbalik ak dngan dia..
ak Tya, rambut dipotong ala dora tanpa poni pendek, badan yang bisa dibilang terlewat subur, kulit yang terlampau sawo matang, produksi minyak berlebih pada wajah juga ditemani dengan jerawat, perut tidak ramping, gigiku apa adanya gak pake hastag, berangkat kampus pakai rok A panjang dengan alasan lebih nyaman untuk berlari sana sini :D.. dengan tubuhku yang tidak berbentuk ini ak sama sekali tidak ingin sok modis -,-
tapi kalo masalah hati jangan tanya, aku jagonya! :D
gak percaya ? terbukti saking setianya aku sama pacar, setelah diputusin ak gak bisa move on selama 5 tahun dan msh berusaha buat kontak dia. hebat bukan ? kadangakala ak berfikir, ak memang terlalu setia atau karna aku memang tidak ada pilihan lain selain dia ? selain dia yang mau sama aku ? -,-
itulah hidupku, yang lebih sering mencintai daripada dicintai..
lebih sering jatuh cinta dan bangun sendiri.. hahaha!! :D
Tapi disaat aku kelas 3 SmA lalu, aku jatuh cinta.. hanya jatuh cinta biasa (emg ada yang gak biasa ? -,- tapi belum bisa dibilang jtuh cinta juga, cuma sekadar kagum ajaa..
Sama temen sekelas ? bukan !! sama temen seangkatan ? haha, udah bosen!! trus ? sama adik kelas dong !! :D
sudah biasa kan kakak kelas kagum sama adiknya..
Awalnya hanya sekadar kagum karna Genta terampil, ramah, manis, pintar pulaa ;) tapi lama kelamaan aku makin penasaran dengan Genta. beruntungnya aku sabatku juga sahabat genta.. :D
jadii, kalo si sahabat main sama genta aku juga ikutan dong.. sekalian pdkt.. haha! tapi sebelum genta dgn si shabt kenal, ak kenal genta duluan di acara retreat sekolahku. kebetulan aku ketua panitia :) lagi" waktu itu hanya sekedar kenal dan tau.. malah, ak naksir sama temennya.. wkwk
lambat laun aku dan genta juga semakin akrab, kami menjelma jadi sahabat. bahagia? tentu saja dengan begitu aku bisa tetap dekat dengan genta, semakin lama kuhabiskan waktu dengannya. semakin nyaman saja aku dibuatnya..
tapi terkadang, aku menginginkan lebih dari inii.. aku menginginkan genta selalu bersamaku! :( aku terlalu sering merindukannya.. bahkan disaat aku benar" merindukannya aku bisa menangis ketika kupandangi foto dia di hp atau di laptop.. jagn salah, akulah seorang secret admire sejati!! haha! aku menyimpan banyak foto genta!! Entah sejak kapan, aku begitu menginginkan genta dan tidak bisa hidup tanpa melihat senyumnya ><
Sampai kuliahpun tetap samaaa, aku berusaha mencari" alasan untuk tetap berkomunikasi dengan genta..
sampai Tuhan memberiku ujian membuatku mengagumi pemain gitar itu, Ruben..
tanpa sadar aku mulai melupakan genta, yang sering kupandangi foto bukan lagi genta tapi Ruben.. Ruben tau kalo aku suka dia? enggak lah.. kalo dia tahu, dia bakl lari terbirit" dan emoh liat aku.. bisa karna jijik dicmpur ogah, atau takut kalo aku berhasil buat dia jatuh cinta sama pesonaku, atau komplikasi antar semua hal nanar itu ?.. hahaha!! dari hal itu yang tidak mungkin adalah takut jatuh cinta karna pesona.. wkwkwk emg pesonaku  apa ? kecantikan ? salah besar!! pesona apa adanya! -,- masalahnya 1000 :1 cowok bisa mencintai gadis se apa adanya aku -,-
Jujur ak selalu ingin berpenampilan semenarik mungkin, tapi bodohnya aku hal itu malah membuatku terlihat buruk !
Aku mulai paham kenapa Tuhan membiarkan Ruben jatih cinta dengan Mara. Aku percaya Tuhan mmperingatkanku untuk meetapkan hati pada Genta.
Tuhann.. ak sungguh menyangi Genta, meski tak banyk waktu kita habiskan bersama..
Aku percaya Tuhan, kau slalu berikan aku yang terbaik dengan dia..

Sabtu, 20 September 2014

benar- benar ?

aku tak mengerti..
kenapa masih ada bagian dirimu di hatiku ?
masih saja air mata ini menetes ketika melihat senyummu..
mengapa semua menjadi sesulit ini?
mengapa hanya denganmu, aku tak bisa melupakan rasa ini ?
apakah aku benar- benar ?

Jumat, 12 September 2014

~dalam diam~

"Aku begitu bahagia ketika kuhabiskan waktu bersamamu..
Kebahagiaan ini membawaku dalam rasa cinta yang rumit..
Haruskah ku ungkapkan semua isi hati ?
Atau hanya kusiratkan saja cinta ini ? "

Rabu, 16 Juli 2014



“ Cinta datang bersinggah dihatikuu..
Hari- hari kulalui dengan cinta..
Tiada hari tanpa cinta..
Badai datang menghancurkan cinta..
Semuanya hancur, semuanya hilang..
Terbang bersama hembusan alam..
Haruskah semuanya hilang?
Tak adakah yang tersisa disana?
Di sudut tergelap hatimu, masih adakah cinta disana?
Haruskah aku juga pergi meninggalkan cinta, sama sepertimu ? “



 




“Satrio.. Capek! Berhenti dulu!!” aku berteriak sambil memegangi ujungkanan bawah  kaus jersey Satrio yang tengah berlari kecil disampingku. Nafasku terasa berat, baru kali ini aku berlari selama ini setelah ospekku tahun lalu.
"Belum 2 putaran, udah capek?" Satrio menghela nafas panjang, lalu memandangku sebentar dengan tatapan mengejek lalu mengalihkan pandangannya.

Jumat, 11 Juli 2014

I SAY GOODBYE YOU SAY HELLO



“ Aku tak pernah tahu benar apa itu mencintai dan dicintai..
Aku hanya merasakan aku sangat ingin memilikinya..
Apapun yang ada dalam dirinya ingin kumiliki ..
Tapi, bagaimana ? “

 Hari ini matatahari seakan enggan bangun dari tidurnya.Aku melangkah dengan gontai. Melewati gerbang sekolah dengan wajah kusut. Tidak ada senyum yang terlukis diwajahku. Dari kejauhan aku melihat beberapa guru dan adik kelas berjajar menyambut kedatangan siswa disekolah. Mereka bersalam-salam dengan senyum yang seadanya. Sepasang guru terlihat sibuk mengobrol, diujung dari barisan itu, berdiri wanita paruh baya. Dengan mata tajamnya melihat kesalahan kecil yang kami buat pagi itu. Wanita itu membuat semua siswa siaga dari kejauhan, melihat lagi perlengkapan yang ada ditubuh mereka tentu saja aku melakukan hal yang sama. Aku menyadari, aku tidak memakai Pin garuda di bajuku. Lantas, aku mengaduk-aduk isi tasku. Tiba- tiba ada seseorang menepuk pundakku, aku melihat kearahnya, rambut cepaknya terlihat rapi terlihat berkilau diterpa sinar matahari dibalik punggungnya. Aku memicingkan mataku, dia tersenyum kearahku. Tanpa sadar aku juga tersenyum kearahnya, meskipun tersenyum seadanya.
"Kak Mia cari apa?" Aku hanya tersipu karna dia memergoki kecerobohanku.
"em, itu aku gak bawa pin.." jawabku seraya menggaruk kepala bagian belakangku.
"Bentar deh kak,.." sekarang gantian Nathan yang sibuk mengaduk-aduk isi di kanting depan tas miliknya. Lalu dia melepas Pin miliknya.
"nih kak," Nathan memberikan Pin yang baru saja dilepasnya padaku "Aku bawa 2 kok.."
“Eh, gapapa?” tanyakku ragu, tapi Nathan hanya menjawabnya dengan anggukkan singkat dan senyum tipisnya.
“see you deh kak..” Nathan melambaikan tangan singkat dan berlalu mendahuluiku. Tidak menunggu lama aku menyematkan pin ini di baju sebelah kanan, tanpa aku sadari aku tersenyum sendiri.

Sejak hari itu, saat bertemu dengannya atau hanya melihatnya dari jauh. Jantungku berdegup semakin cepat. Pin pemberiannya masih saja aku pakai dan aku tak pernah sekalipun lupa tidak memakainya.
“Miaaa!” teriak seorang perempuan tepat di telinga sebelah kananku. Aku menutup telingaku setelahnya, lalu menoleh keasal suara itu. “Aku punya telinga kok, gak usah pake toa!!” teriakku ditelinga kanan Yuri.
“ Ak udah panggil dari tadi kalii! Ada Bu Dewi tuh dikelas, buruan masuk!” kata Yuri sambil berlalu kembali ke kelas. Aku berdiri meninggalkan bangku di pinggir lapangan dengan seulas senyum tersembunyi. “Yurii! Tunggu” Aku berlari kecil menyusul Yuri, kami berjalan bersama menaiki tangga dan lorong-lorong sekolah.

Kedatangan Bu Dewi di kelas ku tentu saja membuat semua pemilik perut diruang ini teraduk-aduk. Bu Dewi membagikan undangan pengambilan hasil Ujian Nasional, yang berlangsung besok.  Sepulang sekolah aku hanya duduk diam di bangku depan kelas, bagaimana tidak besok adalah hasil penentuan kelulusanku. "Kak Miaa!!" Ada Laki-laki memanggilku dari arah Ruang 1 yang berada disebelah kanan dari Kelasku, ruang 9. Itu Nathan sedang berlari kearahku dengan senyum manisnya, dan rambutnya yang bergerak tertiup angin. Nathan duduk disebelahku dengan nafas yang terengah-engah. "Kak.." Nafasnya belum teratur tapi dia masih memaksa untuk berbicara. "Ngapa..in?" Aku menepuk punggungnya dengan lembut, "tarik nafas dulu, than.." Aku engambil botol minum di kantong tasku yang berada dipangkuanku. "Minumm dulu, nih" Nathan mengambil botoitu lalu meminumnya. Lalu dia menarik nafas panjang, dan tersenyum simpul seraya mengembalikan botol minumku" "Makasi kak!" aku hanya tersenyum menanggapinya. Sebenarnya di dalam hatiku sudah berlonjak-lonjak menyadari lelaki yang kukagumi duduk disebelahku dan tersenyum kearahku.
"Cuma mau nanya, Kak Mia besok ikut ke sekolah gak ?" Tanya Nathan dengan mata yang berbinar-binar. Hatiku tersenyum lagi melihat tingkahnya didepanku.
"Gak tau, kayaknya berniat nunggu dirumah aja." Aku menatap kosong kebawah melihat siswa bermain basket.
" Ikut aja kak.. Nunggu rame-rame itu lebih seru, daripada sendiri dirumah?" Kata Nathan sambil menyenggol pundakku dengan pundaknya, dan membuat hatiku terbang ke langit.. Sepertinya laki-laki ini benar-benar membuatku jatuh cinta.
" Iya jugaa, tapi ntar aku sendirian lagi. Yang lain pada gak dateng." kataku sambil manyun. Nathan pasti paham dengan yang kumaksud "yang lain". Mereka sahabat- sahabatku yang juga kenal baik dengan Nathan, apalagi Vano bisa dibilang mereka bersahabat juga.
"Dateng kok, barusan aku bbm Bang Vano sama Kak Salwa. Besok aku juga disekolah kok." Kata Nathan sambil tersenyum sangat manis memamerkan deretan giginya dan tentu saja gingsulnya yang membuat laki-laki ini sangat mempesona.
"Terus ?" Aku memalingkan wajahku, karna aku tak sanggup lagi melihat senyum masnis dan mata yang berbinar-binar itu.
"Nanti aku temenin deh, sama liat hasil ujian Kak Mia.." Dia menggodaku lagi, dengan menarik ujung lengan seragamku. Oh Tuhan, betapa laki-laki ini membuatku Jatuh Cinta. Aku memanyunkan bibirku lalu manggut- manggut. "okelah, dateng.."

Hari itu aku datang kesekolah bersama ibuku. Setelah ibuku masuk ke kelas, Nathan menghampiriku dengan sejuta senyumnya. Dia menemaniku duduk di depan kelas, tidak berapa lama Vano datang bersama Salwa. Kami berempat berbincang-bincang tertawa bersama, ketika Bu Dewi Masuk kelas serasa tawaku hilang bersama hembusan angin. Perutku mulai bergejolak, dudukku mulai tidak tenang. Vano dan Salwa memutuskan untuk pergi membeli minum. Tinggal aku dan Nathan disana, mungkin Nathan menyadari tingkahku. Dengan lembut dia menarik telapak tangan kananku, dengan tangan kanannya. meletakkan di atas telapak tangan kirinya, tanganya langsung menggegam tangaku dengan lebut dan hangat. Aku memandang kearahnya dengan tatapan penuh tanda tanya, jantungku mulai  berdegup tidak karuan. Semua orang menatapku dengan aneh, dan mulai berbisik-bisik dengan teman disebelah mereka. "Tenang aja kak..Luluss kok, nilainya baguss.." Dia mengusap lembut punggung tangan kananku dengan tangan kanannya. Tiba-tiba Vano dan Salwa datang sambil tersenyum nakal. Aku langsung menarik tanganku, aku menunduk menyembunyikan wajahku yang  merah padam.
Sejak Hari itu, Cintaku makin menggebu-gebu terhadapnya. Meskipun aku sudah jarang kesekolah, tapi aku masih bisa mencari cara bertemu dengannya. Tentu saja melibatkan Vano dan Salwa, mengajak mereka hang out nanti Vano akan mengajak Nathan. Hal itu berlangsung berkali-kali. Bahagia ? Tentu saja tidak. Karna aku masih belum bisa menggapai tangannya.

Hari itu kuputuskan aku akan mengatakn semua perasaanku kepada Nathan, tapi aku masih saja bingung bagaimana aku harus memulai. Aku menunggunya didepan kelasku, dimana ditempat ini aku sering menghabiskan waktu bersama Nathan. Aku membawa tas kertas berisi kotak berwarna merah maroon. Aku duduk diam saja menunggu Nathan, dan sibuk memikirkan kata-kata yang cocok untuk keadaan seperti ini. Nathan datang berlari kearahku sambil tersenyum penuh arti kearahku. Seperti biasa Nathan harus mengatur nafasnya terlebhi dahulu, lalu aku menawarkan minum lalu dia meneguknya dengan semangat.
"Hmmm.." Nathan menarik nafas panjang lalu tersenyum memandangku "ciee Kak Miaa, Lulusan terbaik.." Nathan menyenggol tubuhku, aku hanya tersenyum dan menunduk. lagi-lagi dia membuatku seperti kepiting rebus.
"Biasa ajaa.." kataku singkat lalu aku menggeser dudukku sehingga aku berhadapan dengan Nathan sekarang. Aku memberikan tas kertas itu kepadanya. Nathan menerimanya dengan memiringkan kepala, tatapan matanya penuh tanda tanya.
"em itu buat kamu, buat kenang-kenangan." Kataku perlahan, aku sama sekali tidak ada keberanian untuk menatap matanya. " Semoga kamu suka, dan aku langsung mau cabut" Aku berdiri beranjak berdiri dan memegang tali tas ranselku dengan erat, aku tersenyum simpul kearah Nathan yang masih bingung. "Bye Nathan!" aku melambaikan tangaku lalu segera berlari menjauh dari Nathan. Aku mendengar Nathan bertanya kepadaku, tapi aku tak mengiraukannya. Aku terus berlari dengan pacuan jantung yang semakin cepat. Keringatku mengucur deras di perlipis. "Oh Tuhaaan.." Hanya itu yang kuucapkan sepanjang jalan didalam mobil yang melaju pergi meninggalkan sekolahku. Tanpa sadar aku mulai menitikkan air mata, karna aku masih belum siap dengan tanggapan Nathan nanti.
-------
Nathan -*
"Kak Miaa! Lho kok pulang? kak??" teriakku sangat keras tapi sepertinya Kak Mia tidak menghiraukan teriakanku. Dia terus berlari menjauhiku. Aku membuka Tas kertas itu, terdapat kotak berwarna merah maroon. Aku membuka kotak itu, didalamnya ada jaket  sweater berwarna merah maroon dan surat dengan amplop berwarna merah maroon juga. Aku membuka surat itu,
"haii Nathan .. :)

Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya padamu secara langsung, maafkan aku.. Terimakasih kamu sudah pernah hadir dihidupku, jadi teman yang slalu ada disaatku goyah.
Kamu slalu ada disisiku, menenangkanku..
Bagiku, kehadiranmu sangat membuatku bahagia..
Mungkin kamu gak pernah sadar, setiap kamu ada disisiku. jantungku berpacu sangat cepat.. Itu karna aku sangat bahagia bersamamu..
Aku slalu menantikan waktu- waktu bersamamu, meskipun aku tidak bisa memilikimu..
Seiring berjalannya waktu, seringnya kita mengahbiskan waktu bersama. Cintaku tumbuh perlahan untukmu..
Aku sangat menyayangimu, Nathan..
Tapi aku sadar kita hanya sebatas sahabat tidak lebih.
Mungkin hari ini pertemuan kita yang terakhir, aku lari dari mu Nathan..
Aku sungguh tidak ingin tau bagaimana reaksimu terhadapku, juga aku tak ingin merusak tali persahabatan kita selama ini..
Harapanku, kamu mau memakai jacket ini..
Dengan Jacket ini, semoga kamu bisa slalu ingat kalau kamu adalah seseorang yang mudah untuk dicintai dan kamu akan selalu begituu..
Aku cukup mengagumimu dari jauh..
Selamat tinggal Nathanael, terimakasih telah memberi warna dihidupku..
Oh iyaa, aku akan melanjutkan sekolahku di Paris.. Seperti yang aku ceritakan padamu waktu itu.. Aku harap setelah kelulusanmu nanti, kamu juga akan kuliah di austin seperti cita-citamu..


LOVE 

MIA "

Aku hanya diam terpaku, betapa bodohnya aku tidak menyadarinya. Aku meneteskan air mata, "Nathan bodoh!! kenapa kamu gak sadar dari dulu?!" aku segera mengambil handphoneku menelfon Kak Mia, tapihadphonenya mati.. AKu memasukkan suratnya, dan emngembalikan kotaknya dalam tas. Aku berlari sebisaku, mengejar Kak Mia di parkiran motor, menuruni tangga dengan cepat.. semua siswa melihat kearahku, aku tidak peduli lagi seberapa banyak air mata yang sudah menetes.
"iyaa bang?" tanyaku gelagapan..
"than, kamu dimana?? bbmku ke kamu pending" itu ternyata suara Kak Salwa
" Kak..  Kak Mia ... ka pan berangkat ke paris?" tanyaku terbata-bata ..
"nah itu barusan aku mau bilang, sore ini.. skerang aku sama Vano udah di airport" tanpa pikir panjang aku mematikan telfon lalu memakai jacket dari Kak mia. Memasukkan Kotaknya dalam tasku. Aku segera mengedarai motorku ke airport, yang paling tidak membutuhkan waktu 45 menit. Aku memutar gas sekuat tenaga tapi kenapa masih saja tidak segera sampai. "Pleasee Tuhan, berikan aku kesempatan untuk mengatakan padanya.. seperti yang dia lakukan padaku" 
Aku berlari menyusuri sepanjang gerbang masuk di airport ini. Aku melihat Bang Vano melambaikan tangan kearahku.
"ma, na , Kak.. Mia?" tanyaku dengan nafas tersengal-sengal.
"itu," tunjuk Kak Salwa. Kak Mia sedang berada dibarisan untuk check in di airport. aku berlari sambil meneriaki namanya. Kak Mia hendak berjalan maju tapi tertahan lalu menoleh kearahku. Ddengan segera Kak mia keluar dari barisan itu, melewati banyak orang yang berada dibelakangnya. Kak Mia berdiri dihadapanku dengan mata sembap. Tanpa berfikir panjang aku langsung mendekapnya.
"Meski Kakak tidak mengharapkan jawaban dariku, Aku akan mengatakan.." Aku mengatur nafasku, melepaskan pelukan singkat itu. Lalu dia memberiku sebotol air mineral, aku meneguknya sebentar. Lalu tersenyum ke arahnya. " Aku sayang sama kamu, kak.. Aku terlalu bodoh gak sadar kita punya rasa yang sama. Maafin aku, kalo aku datang dihidupmu disaat kamu akan pergi dari hidupku." aku menggegam kedua tangannya, aku menatap matanya. Dia tersenyum, lalu memelukku " Terimakasih Nathan" Kata Kak Mia pelan. Aku membalas pelukkannya.
"Mia, udah waktunya!" Suara laki-laki paruh baya didepan pintu masuk. Kak Mia melepaskan pelukannya, dan menolehke arah laki-laki itu lalu berkata tanpa suara. Dan Laki-laki itu hanya mengangguk dan masuk meninggalkan Mia.
"Goodbye, Nathan.." Kak Mia mengucapkannya dengan dihiasi senyum getir
"Hello Mia!" Ucapku sambil melambaikan tanganku kearahnya. "Tunggu aku disana, aku tidak akan ke austin. Aku akan ke Paris menemuimu, dan bersamamu disana" Kak Mia memandangku dengan bahagia, aku memeluknya lagi dan mencium puncak kepalanya.
"Aku akan merindukanmu, Mia. Sangat merindukanmu.." ucapku pelan
"Aku juga Nathan" Kami melepaskan pelukkan, Kak Mia berjalan pergi meninggalkan aku. Dia melambaikan tangan kearahku, aku membalasnya.. Dia mulai berjalan menghialng di balik pintu dengan kaca gelap itu.
"sepertinya ada ? hmm" suara Bang Vano berdeham dibelakangku.
"Sudah ya Bang, Nathan mau pulang. bye!"  Aku berlari kecil meninggalkan Bang Vano dan Kak Salwa yang sedang bertanya-tanya." Terimakasih Tuhaan .." kataku dalam hati.
---MIA--
"Terimakasih Tuhan, kau hadirkan cinta juga di hati Nathan.. Aku sangat bahagia, karna aku memiliki hatinya." ucapku dalam hari seraya memandangi foto  Nathan yang sedang tersenyum manis dengan seragam putih abu-abu  dan memeluk pundakku, terpasang sebagai wallpaper ponselku.